|
BERBAGI ILMU: Kisah Nyata Tukang Sapu Jadi Milyuner

Kamis, 08 November 2012

Kisah Nyata Tukang Sapu Jadi Milyuner

Musim haji tahun 2012 baru saja berlalu.
Seperti biasanya, setiap kali musim haji selalu
saja memunculkan kisah-kisah menakjubkan.
Selalu ada cerita yang mengharukan, penuh
hikmah dan menjadi pelajaran bagi umat
manusia.

Di antara kisah nyata yang terjadi di musim
haji tahun 2012 ini adalah kisah seorang
tukang sapu di kota Mekkah yang mendadak
kaya menjadi seorang milyuner. Bagaimana
ceritanya? Simak kisah nyatanya seperti yang
diangkat di koran al-Sabaq terbiatan Saudi
Arabia tanggal 17 Dzhuhjjah lalu (02/11/2012).
(Kisah ini sudah kami edit seperlunya tanpa
mengurangi inti dan substansi cerita).
Syahdan, seorang pria bernama Marimir
Husain Jihar tengah menyapu jalanan kota
Mekkah yang penuh debu. Ia membersihkan
jalanan kota suci ini dari kotoran dan sampah-
sampah yang dibuang manusia atau yang
diterbangkan angin sepanjang waktu.
Sudah 5 tahun, pekerja imigran asal
Bangladesh itu melakoni pekerjaan bersahaja
tersebut, pekerjaan yang dipandang sebelah
mata orang orang lain. Di Arab Saudi, orang
Bangladehs sering disebut sebagai “Benggali”.
Orang Indonesia pun memanggil mereka
dengan sebutan demikian.
Rekan-rekan sekerja Marimir tidak pernah tahu
asal-usul marimir, sebab ada ratusan ribu
(atau mungkin jutaan) orang Benggali yang
menjadi buruh kasar di negeri Haramain ini.
Sampai pada suatu hari di musim haji 2012.
Ketika Marimir asyik menyapu jalanan di
sekitar wilayah Tan’im, tempat di mana orang-
orang akan memulai (miqat) ihram untuk
Umrah, suatu kejadian tak terduga terjadi.
Seorang pria tua berteriak dari seberang jalan
memanggil nama Marimir. Pria itu berpakaian
Ihram, terlihat hendak melaksanakan ihram
untuk Umrah. Dari postur tubuhnya, pria tua itu
jelas berkebangsaan Bangladeh.
“Marimir…! Marimir…! Marimir….!” Teriak pria
tua berkali-kali dari seberang jalan. Namun
karena banyaknya manusia dan lalu linta yang
sibuk, Marimir tidak mendengarnya.
“Marimir…! Marimir…! Marimir…!” Pria tua itu
kembali berteriak. Kali ini ia berlari ke arah
Marimir menghadang jalan.
Aksi pria tua itu mengundang perhatian banyak
orang di Tan’im, termasuk dari rekan-rekan
pria tua itu sendiri. Mereka heran, bagaimana
ia mengenali seorang penyapu jalan di kota
suci ini.
Tanpa peduli, ia terus berlari tanpa
menghiraukan mobil-mobil yang melaju
kencang. Orang-orang berteriak
memperingatkannya, karena aksinya itu
mengganggu lalu lintas.
“Marimir…!”. Ujar si pria tua tanpa henti.
Kali ini Marimir mendengar. Ia menoleh,
dilhatnya seorang yang sudah tua berlari ke
arahnya. Ia pun heran, dari mana orang itu
mengetahui namanya.
Pria itu semakin mendekat. Dan semakin dekat.
Ketika sudah jelas baginya siapa yang datang,
ia pun terperangah. Alangkah kagetnya
Marimir, ia seakan tak percaya apa yang
dilihatnya.
Ternyata pria tua itu adalah abang kandungnya
sendiri….
Dengan berurai air mata, si pria tua itu
menghampiri Marimir yang penuh debu, lantas
ia memeluk pemuda itu dengan erat sambil
menangis.
Aksi jemaah haji tersebut mengundang
perhatian banyak orang. Meski tidak mengerti,
mereka mengabadikan momen penuh haru itu
dengan kamera. Setelah itu, si pria tua
bercerita kepada orang-orang yang mengitari
mereka penuh keharuan.
Ia menceritakan bahwa tukang sapu itu adalah
adik kandungnya sendiri, mereka adalah dua
bersaudara yang sudah lebih 5 tahun tidak
bertemu.
Kisah perpisahan mereka dimulai ketika
orangtua mereka meninggal dunia beberapa
tahun sebelumnya. Ayah mereka meninggalkan
harta warisan yang sangat banyak, mencapai
17 juta Riyal (sekitar Rp. 42,5 Milyar).
Bagaimana tidak, keluarganya adalah
keturunan bangsawan, dan salah satu kakek
mereka adalah mantan menteri di Bangladesh.
Tapi saudara tuanya itu berbuat serakah. Ia
tidak mau membagi harta peninggalan itu
dengan adiknya. Beberapa kali si adik meminta
pembagian warisan, tapi ia tidak mau. Bahkan,
sang adik pernah dijebloskannya ke penjara
karena menuntut haknya!
Karena putus asa, akhirnya sang adik pergi
meninggalkan Bangladeh. Ia pun menjadi
pekerja imigran di Arab Saudi. Hingga
bertahun-tahun lamanya. 5 tahun terakhir, ia
menjadi tukang sapu di Mekkah.
Selepas kepergian adiknya itu, saudara tuanya
pun diserang penyakit kanker ganas.
“Ini hukuman Allah atas kezaliman saya…”.
Kenang haji tua itu sambil menangis. Dan sejak
itulah ia insyaf atas perbuatan serakahnya.
Bertahun-tahun pula lamanya, ia berusaha
mencari jejak sang adik. Ia bertanya kepada
kawan-kawan adiknya, tapi tak satu pun yang
tahu. Ia pun sudah membuat sayembara, siapa
yang mengetahui alamat adiknya akan diberi
imbalan yang besar.
Namun kabar tak kunjung datang. Sang adik
entah di mana rimbanya. Sementara
penyakitnya semakin parah, hingga ia mengira
umurnya takkan lama lagi.
Hingga datang musim haji tahun 2012. Ketika
ia hendak pulang ke tanah air, ia pun
melaksanakan umrah terlebih dahulu. Ia
bersama rombongannya pun berangkat ke
Tan’im, miqat di mana orang Mekkah memulai
umrah.
Dan di sanalah keajaiban itu terjadi. Di tempat
inilah Allah Swt mempertemukannya dengan
adiknya yang selama ini ia cari. Dilihatnya
seorang pria muda tengah menyapu jalanan,
dan ternyata itu adalah saudara kandungnya.
Saat pertemuan itu, saudara tua itu meminta
maaf kepada sang adik atas kezalimannya
selama ini. Karena keserakahannya, sang adik
hidup sengsara dan terlunta-lunta sebagai
tukang sapu di negeri orang.
Ia pun mengajak adiknya pulang. Ia sudah
membagi harta peninggalan orangtua mereka
seadil-adilnya. Bagian untuk sang adik sudah
ia sisihkan, dan akan ia berikan tanpa
mengambilnya sedikitpun, jumlahnya milyaran
rupiah ditambah properti yang sangat banyak.
Di tempat yang suci itu, sang adik memaafkan
abangnya. Ia sama sekali tidak menaruh
dendam. Bahkan dirinya merasa bahagia bisa
tinggal di tanah suci ini. Di sini, ia
menghabiskan waktu untuk bekerja dan
menghafal al-Qur’an.
Kepada hadirin yang berkerumun di sekitar
mereka, tukang sapu yang jadi milyuner itu
mengatakan: “Sungguh ini merupakan
pelajaran yang besar dalam hidup saya. Saya
sudah merasakan bagaimana rasanya menjadi
orang yang teraniaya. Karena itu, saya berjanji
tidak akan menganiaya siapa pun. Allah
mengharamkan kezaliman atas diri-Nya, dan
diharamkannya kezaliman itu atas hamba-
hambaNya”.
Image
Marimir Husain berpelukan dengan saudara
kandungnya yang telah insyaf ( foto: Sabq)
Kisah mengharukan itu menjadi buah bibir
jemaah haji. Seorang penjual makanan cepat
saji di kota Mekkah mengatakan kepada
wartawan Sabg:
“Saya sering bersedekah makanan kepada
tukang sapu itu, tanpa saya pernah tahu
ternyata dia adalah seorang milyuner”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar